Total Tayangan Halaman

Sabtu, 21 Januari 2012

SELEKSI ALAM SELEKSI IMAM




            Siang  jumat itu seperti biasa, semua muslim di daQu School menghilang dari peredaran alias shalat Jumat. Waktu menunjukkan pukul 12.15 WIB, waktunya anak-anak muslimah menunaikan shalat dhuhur. Biasanya aku dibantuin temen-temen muslimah untuk menggiring anak-anak ke mushola, tapi kali ini entah kenapa semuanya ikut menghilang. Yang tersisa hanya satu teman di bagian keuangan dan satu teman di PPPA. Ah ya sudahlah, toh tidak ada masalah bagiku untuk meng’handle’ semuanya.  
            Teeeeeeeetttttttt...........bel sekolah aku bunyikan, hanya sebagai tanda untuk segera menuju ke mushola. Satu per satu mereka menuju ke mushola, alhamdulillah tak perlu mengingatkan karena kali ini tidak ada anak yang bersembunyi atau berniat menunda shalat karena asyik bermain.
“Siapa imamnya hari ini?” seru salah satu anak. Ya, setiap hari jumat anak-anak yang bergantian menjadi imam untuk teman-teman mereka.
“Giliran kelas dua” yang lain menimpali. Sekolah kami karena sekolah baru dan umurnya baru empat tahun, maka secara otomatis baru ada kelas 1 sampai kelas 4, yang tertinggi. Kelas 4 dan kelas 3 sudah kena giliran pada semester awal, dan sekarang giliran kelas 2.
“Absen nomer satu siapa?”
“Aisyah (bukan nama asli)”
Aku hanya memperhatikan saja, dan berniat untuk mengambil wudhu, begitu juga dengan anak-anak yang segera menempatkan sajadah dan mukenanya serta mengambil air wudhu.
Selesai mengambil wudhu aku masuk ke dalam mushola, geli sekaligus bangga menyimak pembicaraan mereka. Si Aisyah yang kena giliran jadi imam sudah bersiap menempatkan diri di posisi imam, tiba-tiba saja beberapa anak kelas 3 dan kelas 4 mencegahnya.
“Aisyah hari ini imamnya kamu?”
“Iya”
“Sudah tau niat jadi imam belum? Coba lafalkan!” pinta anak kelas empat
“Usholli fardhodhuhri arba’a rokaatim mustakbilal kiblati adaan imamal lillahita’ala”, dia melafalkannya dengan lancar. Tapi ternyata tes belum selesai.
“Bacaan sholatnya sudah hafal belum?” giliran kelas tiga yang bertanya.
Belum sempat dijawab kelas empat sudah menimpali, “Coba bacaan tahiyatnya dilafalkan”
Anak kelas empat langsung menembak bacaan tahiyat akhir karena mungkin itu yang sedikit panjang dan biasanya terbolak-balik atau ada yang kelewatan. Aku hanya tersenyum bembaca kekhawatiran mereka, kalau-kalau yang mereka pilih jadi imam ternyata bacaan shalatnya belum hafal atau masih ada yang salah. Lucu juga, anak-anak untuk jadi imam ternyata harus melewati serangkaian tes bacaan shlalat dihadapan teman-temannya. Dalam hati aku bersyukur ternyata mereka paling tidak sudah tahu syarat-syarat untuk jadi imam.
Membaca ekspresi wajah aisyah yang bengong campur mengingat-ingat bacaan ditambah rasa terkejut karena tiba-tiba harus di tes, aku tidak tega hehe. Aku menghentikan niatnya yang hedak melafalkan bacaan tahiyat. Lagipula waktu sudah menunjukkan pukul 12.25 WIB, sebentar lagi para muslim sudah kembali ke sekolah, dan mereka juga belum makan siang. Ya sudahlah, akhirnya satu syarat jadi imam yang biasanya tidak terpenuhi sekarang terpenuhi, yaitu yang sudah baligh.